Like mom like daughter
Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan jua
Peribahasa ini tampaknya berlaku hampir di setiap aspek kehidupan, termasuk pengelolaan keuangan pribadi ataupun keluarga.
Pernahkan Anda menyadari bahwa pola pengeluaran, pembelanjaan, dan investasi yang Anda lakukan saat ini sedikit banyak dipengaruhi oleh pola pengaturan keuangan orang tua Anda.
Adalah tugas orang tua mengajarkan pada anak untuk memahami arti uang, anggaran belanja, investasi ataupun tabungan; konsep keuangan secara umum.
Apa yang bisa kita ajarkan pada anak? Definisi investasikah? Apa kita harus mengajarkan anak membuat neraca keuangan?
When the time comes, may be you should… **grin**
Caranya sedehana.
Ajak anak menyusun anggaran belanja keluarga.
Mengapa hal ini harus dilakukan? Agar anak dapat melihat pola belanja dan prioritas keuangan keluarga. Hal yang jadi pertimbangan, tentunya usia anak dan sampai sejauh mana anak perlu tahu rahasia dompet Anda:-)
Jalan yang paling mudah mengajarkan anak mengelola keuangan adalah dengan memberikan uang saku. Rentang dan besarannya tentunya disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak. Tentunya uang saku yang berikan harus cukup memenuhi kebutuhan anak dalam rentang waktu yang telah disepakati; harian, mingguan, ataupun bulanan.
(note: saya mulai diberi uang saku mingguan oleh orang tua sejak kelas 5SD)
Apa saja yang dapat Anda ajarkan melalui pemberian uang saku ini:
- setiap usaha baik akan mendapatkan reward
- dibutuhkan anggaran untuk mengatur pengeluaran
- ada resiko/konsekuensi yang diterima sebagai akibat dari keputusan-keputusan yang mereka ambil
Tidak ada salahnya dengan memberi reward berupa uang jajan atau barang, jika anak telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Dari sini anak belajar bahwa diperlukan kerja untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Tidak ada kata terlalu dini untuk mengajarkan anak bekerja keras kan?
Ambil contoh untuk anak usia balita, jika mereka berhasil makan tanpa tercecer, kita dapat memberikan reward berupa uang receh untuk dimasukkan ke dalam celengan ayamnya.
Atau untuk kakak yang lebih besar. Jika mereka membantu Anda mengerjakan pekerjaan rumah yang menjadi tugasnya (mencuci piring) tanpa perlu diberi komando selama seminggu, tidak ada salahnya kalau Anda meluluskan permintaannya membeli vcd penyanyi favoritnya.
Selanjutnya dengan memberikan uang saku, kita dapat mengajarkan anak menyusun anggarannya 1minggu atau 1bulan ke depan. Berapa banyak yang dihabiskan untuk ongkos ke sekolah. Seberapa besar yang dapat mereka habiskan untuk jajan.
Dari sini, merekapun belajar akan konsekuensi dari setiap keputusan mereka. Jika mereka menghabiskan seluruh uang saku yang Anda berikan, tentunya anak Anda tidak bisa membeli komik lebih banyak dari jatah yang Anda berikan untuknya bulan ini.
Mengenalkan pengelolaan keuangan pada anak tidaklah lengkap, jika kita hanya menekankan pada pemasukan dan perencanaan/anggaran. Hal lain yang sama pentingnya adalah mengenalkan konsep tabungan.
Banyak anak yang tidak menangkap keterkaitan dari tiga hal tersebut. Tugas orang tualah untuk mengajarkan anak bagaimana memperlakukan uang untuk memenuhi kebutuhan harian, tabungan, dan investasi. Memberikan uang saku pada anak merupakan cara konstruktif mengenalkan ketiga konsep di atas.
Mengajarkan anak menyisihkan sedikit uang sakunya, secara sadar Anda telah mengajarkan pada mereka konsep tabungan dan investasi. Sebagai contoh (yang sedang saya lakukan), saat ini putri kecil saya (2,5tahun) sedang menunggu tabungan penuh sehingga dapat membeli sepeda yang diinginkannya.
Apa tidak terlalu kecil? Entahlah:-)
Tapi kami berharap dengan mengajarkannya menabung untuk mendapatkan sesuatu, anak kami belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan ada prosesnya; mengumpulkan uang, menunggu, dan menahan keinginan impulsif untuk sesegera mungkin memenuhi keinginannya.
Untuk anak yang lebih besar, tentunya bukan sekedar proses memasukkan uang ke dalam tabungan yang diperkenalkan. Harus lebih dari itu, misalkan anak harus dapat menahan diri untuk tidak jajan sebanyak biasa, sehingga uang sakunya dapat disisihkan untuk membeli sesuatu yang diinginkannya, baik itu komik kesukaannya atau barang-barang konsumtif yang lebih mahal.
Secara tidak sadar, anak juga belajar mengenai prioritas keuangan. Setelah kebutuhan hariannya terpenuhi, anak baru dapat menyisihkan uang sakunya untuk hal-hal lain yang tidak cukup penting.
Banyak cara mengajarkan anak mengenai konsep keuangan. Ini hanya salah satu cara, mungkin cara Anda sedikit berbeda. Jadi, mulai kenalkan konsep keuangan keluarga pada anak sekarang juga!
Happy Parenting:-)
No comments:
Post a Comment
Isi Komentar anda di sini