Beli Rumah Tanpa Modal, Tanpa Utang? Imposible

Apakah anda salah satu orang yang percaya bisa beli property tanpa modal dan tanpa hutang? Saya tidak percaya, tapi sekedar penasaran. Banyak buku (terutama karangan Cipto Junaedy) dan seminar (juga oleh Cipto Junaedy) yang membahas strategi bagaimana cara bisa memiliki property tanpa uang, tanpa modal dan tanpa utang ke bank. Karena rasa penasaran itulah, sewaktu ada acara seminar property oleh CJ, saya ingin ikut. Tapi, lha kok ujung-ujungnya disuruh bayar 3 juta? Mungkin, bagi sebagian orang, uang 3 juta tidak seberapa, tapi bagi saya itu jumlah yang lumayan banyak. Daripada habis untuk satu kali seminar, yang belum tentu isinya nanti bermanfaat dan bisa saya terapkan, lebih baik saya batalkan niat saya ikut seminar.
Pilihan kemudian jatuh untuk membeli buku karangan CJ. Sama juga dengan harga seminarnya, harga buku CJ tergolong lumayan mahal, 150 ribu untuk buku motivasi dan strategi “beli property tanpa modal tanpa utang”. Sebelum beli bukunya, saya ingin mencari tahu lebih dulu, review dari buku tersebut. Sukurlah, setelah gugling kesana kemari, ada beberapa testimoni yang mengatakan kecewa pada isi buku tersebut. Bukannya berisi strategi penuh, isi buku sebagian besar didominasi testimonial (entah beneran atau hanya karangan) serta berbagai alasan yang mengajak pembaca untuk mengikuti seminarnya, dimana disana dijanjikan bakal diberi jurus-jurus sakti yang tidak terungkap dalam bukunya. Batal pula niat beli bukunya.
Tak putus asa, langkah terakhir saya adalah bertanya pada sang dewa Google. Apa benar ada cara untuk “beli property tanpa modal tanpa utang? Yang disajikan pertama oleh dewa gugel hanya berbagai blog yang isinya memuji kejeniusan CJ, serta beragam blog lain yang bertestimoni setelah mengikuti seminar CJ. Sampai halaman ke 5 mesin pencari gugel, akhirnya saya dapatkan informasi yang berharga dari sebuah forum.
Informasi tersebut mengabarkan, bahwa apa yang disajikan dalam seminar-seminar property, secara teori memang bisa, dan tidak ada salahnya. Tapi, secara praktek dan realistisnya, akan sangat sulit. Sebagai contoh: dalam seminar CJ, diajukan teori membeli (memiliki) property tanpa modal tanpa utang, dengan cara “media spot/advertising spot”. Teori ini mengatakan, milikilah property dengan cara menawarkan pada perusahaan media untuk memasang titik iklan di lahan/area yang kita incar/kita inginkan. Ilustrasinya sebagai berikut:
1. Sebutlah ada properti A, berupa bangunan ruko 4 lantai, di daerah yang sangat strategis, ukuran tanah: 100m2, ukuran bangunan 400m2.
2. Ruko A ini dijual dengan harga katakanlah 5M.
3. Anda segera mencari info dan menawarkan perusahaan advertising yang mau pasang iklan billboard besar di depan ruko (nempel di dinding depan ruko)
Katakanlah anda berhasil mendapat kontrak dari firma advertising, pasang billboard di ruko A selama 20 tahun, nilai per tahun 200jt.
4. Anda menyewakan lantai 1 ruko untuk supermarket (minimart) nilai sewa 10 tahun seharga 80 juta per tahun.
5. Anda menyewakan lantai 2-4 untuk perkantoran. Masing-masing nilai sewanya 30 juta per tahun, selama masa kontrak 5 tahun juga misalnya.
Setelah dapat dan bisa terealisasi, mari dihitung pendapatannya:
Penghasilan dari billboard: 200 juta x 20 tahun = 4 Milyar
Sewa lantai 1 : 80 juta x 10 tahun = 800 juta
Sewa lantai 2,3&4 : 3 x 30 juta x 5 tahun = 450 juta
Total pendapatan:  Rp. 5.250.000.000
Ingat, harga ruko tadi 5 milyar.  Jadi intinya anda dapat ruko itu gratis kan? Malah masih ada sisa 250 juta (dengan mengabaikan biaya notaris, jual beli, renovasi, dll).
Logis? Sangat logis!, tapi, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
a. Yang jual ruko itu harus bener-benar bodoh. Dia tidak punya ide sama sekali mengenai potensi rukonya sendiri.
b. Anda harus mendapat firma advertising yang bodoh juga. Kenapa mau bayar mahal billboard kalo dia bisa beli ruko itu sendiri dengan selisih harga yang tipis.
c. Anda harus mampu menemukan 3 perusahaan yang relatif bodoh pula, mau sewa 1 lantai kantor dengan harga yang relatif tidak murah.
d. Anda harus sangat-sangat beruntung, lebih cepat dari pesaing-pesaing lain yang menemukan potensi dari ruko ini.
Lantas, bagaimana dengan kemungkinan dari syarat dan ketentuan ini?
kemungkinan a: 1:100.000
kemungkinan b: 1:10.000
kemungkinan c: 1:1.000
kemungkinan d: 1:1.000
kita total semuanya: 1:1.000.000.000.000.000 !!!
Ok lah anda tidak perlu point b dan c, jadi cukup laku sewa billboardnya saja:
Tetap saja kemungkinannya: 1:100.000.000 !!!
Teori lain dalam seminar property mengatakan, untuk bisa memiliki rumah tanpa modal tanpa utang, bertindaklah sebagai agen property dulu, dengan cara-cara seperti berikut:
Langkah pertama
Jika ada rumah dijual, kepada PENJUAL RUMAH usahakan anda bisa mendapatkan fotokopi sertifikat minimum, ulur tanda jadi dan DP dengan alasan “butuh waktu untuk kumpulin DP” . Buatkan komitmen di atas surat bahwa kita sudah setuju membeli property nya dengan harga XXX.
Langkah kedua
Iklankan rumah tersebut sebisa mungkin. Naikkan harga rumah semaksimal mungkin pula (tapi ingat, harga harus sesuai dengan kondisi). Dalam iklan tersebut, tawarkan apa saja dengan kata-kata yang menarik dan bombastis. Misal, passive income dari sewa, harga naik sebelum lebaran, dll dll.. sampai ada yang setuju dengan harga lebih tinggi yang kita ajukan. DP atau KPR hasil dari PEMBELI kita oper ke PENJUAL (bukan DP ato KPR uang kita, ini maksudnya)
Langkah ketiga
Pakailah jasa notaris, biar mulus. Dengan perjanjian seperti, PEMBELI RUMAH bayar ke kita lalu kita bayar ke PENJUAL, atau PEMBELI bayar ke PENJUAL, lalu ada perjanjian ‘kelebihan KPR’ transfer ke kita.
Mudah bukan? Sekali lagi, secara teori. Tapi, dalam kenyataan, anda akan menemui syarat-syarat dan ketentuan seperti berikut:
Syarat pertama
PENJUAL RUMAH harus bodoh dan mudah ditipu. Jaman gini siapa yang mau begitu saja menyerahkan fotokopi sertifikat? Kecuali si Penjual Rumah itu orang yang sudah anda kenal baik, misal kerabat, sahabat atau rekan kerja yang bisa anda yakinkan bahwa anda serius ingin membeli atau mencarikan orang (jasa makelar) yang ingin membeli rumah.
Syarat kedua
PEMBELI RUMAH juga harus bodoh dan mudah ditipu. Jika bisa membeli langsung pada si pemilik rumah dengan harga lebih murah, mengapa harus membeli lewat perantara dengan harga lebih mahal? Kecuali kalau perantara tersebut memang berasal dari pihak penjual, dimana si perantara mendapat komisi dari penjual rumah.
Jadi, pada intinya tak ada yang bisa membeli property tanpa modal tanpa uang. Lantas, mengapa seminar-seminar semacam itu kian marak? Hal ini tak lepas dari jelinya pembicara seminar yang melihat potensi bisnis bidang property yang semakin menjamur. Serta kondisi psikologis sebagian besar masyarakat Indonesia, yang lebih mudah tergiur dengan setiap kemudahan. Lagipula, siapa sih yang tak mau dan tak ingin memiliki property? Apalagi dengan embel-embel “tanpa modal tanpa utang”.
Sampai saat ini pun, masih ada satu pertanyaan yang mengganjal di benak saya. Jika memang pembicara seminar itu berhasil dengan cara dan strateginya sendiri, lantas mengapa dia tidak masuk saja dalam bisnis property? Kalau memang jurus-jurusnya manjur dan sangat sakti, bsudah berapa banyak property yang dia miliki? Apakah dia sudah sehebat Ciputra atau James Riadi? Mengapa malah sibuk mengisi seminar kesana kemari?
Kesimpulan terakhir,
1. Pembicara seminar property sepertinya membeli property memang dengan uang orang-orang yang ikut seminar.  Jadi bukan dengan uangnya sendiri secara langsung.
2. Sebagian besar teori memang sengaja dibuat masuk akal, tapi sulit menemukan keadaan seperti yang dijabarkan bila dipraktekkan di dunia nyata.
3. Pembicara juga tahu yang berhasil pasti cuma di angka 1-5%, karena itu ada kelas tambahan yang pasti harus bayar lagii. Dan itu bukan support tapi ‘tehnik menyedot uang’ yang diperhalus kata-katanya.
4. Pembicara juga tahu pasti banyak juga yang tidak akan mempraktekkannya.  Jadi mereka takut ada yang komplain soal tehniknya. Kalaupun ada yang mengatakan sudah praktek dan tidak berhasil, pembicara selalu bisa berkelit dengan mengatakan “kurang fokus, kurang kerja keras, anda kurang beruntung, coba sekali lagi, dll”. Selain itu, diawal seminar, pembicara sudah langsung menakut-nakuti peserta dengan berbagai tuntutan hukum bila menyebarkan ilmu dari seminar tersebut.
5. Teori-teori yang dijelaskan itu semua gratisan, yang tidak gratis adalah ilmu orang-orang yang ‘benar-benar berhasil’ dan itu tidak akan pernah dijual. Pernahkah anda menjumpai pendiri J&Co berbagi resep roti? Pernahkah anda mendengar Ciputra atau James Riady berbagi cara bagaimana melonjakkan bisnis propertinya?
6. Ini nyata, sebagian besar ilmu yang dibagikan cuma terjemahan versi bahasa asing karena rata-rata orang kita itu hanya sekedar ‘penerjemah’ bukan penemu.
7. Bukti-bukti dan semua testimonial itu semua bisa dibuat (gampang lagi buatnya), bahkan bukti ‘nyata’ semisal ‘ini rumah yang saya caplok’ pun bisa dibuat.
Tapi, meski ada begitu banyak pembodohan dari seminar property ini, ada satu hal yang saya kagumi dari CJ. Yakni kemampuannya menciptakan tagline untuk pemasaran seminarnya, “BELI PROPERTY TANPA UANG TANPA UTANG”

Cerita masa sekolah

Tiba-tiba teringat tentang sekolah. Cerita masa sekolah memang gak ada habisnya. Mengenang bukan untuk ditangisi, tapi untuk mengingatkan akan jalan yang mengantar kita hingga berada di masa sekarang. Nah, masa sekolah yang kata orang merupakan masa paling indah emang benar, tapi kita pastinya baru betul-betul merasakannya setelah melewati masa itu tidak terasa sudah lama juga meninggalkan bangku sekolah dengan sejuta cerita didalamnya. Sekolah, dulu menjadi rutinitas yang terbilang monoton, menyita jatah waktu tidur, mengharuskan kita mendengarkan dongeng-dongeng  yang sampai sekarang masih sulit dimengerti ( emank dasar bodoh, xixixixi), pura-pura menyimak cerita sejarah yang banyak diputarbalikkan,, merasakan trauma yang mendalam akibat gak ngerjain PR atau tugas-tugas yang menumpuk dan kerap ( pasti ) tak selesai.

Sekolah juga sebagai tempat jatuh cinta,terkadang efek cinta monyet bisa jadi motivasi utama datang ke sekolah. lupakan limit, hukum kekekalan energi ataupun istilah-istilah  aneh lainnya .Cinta menguatkan kita datang kesekolah. hidup cinta…he.he!!!





Sekolah, awal menuju masa depan yang memang tidak bisa diduga. pasca kelulusan SMU garis tangan menuntun kaki ini ke Batam hingga sekarang. Mencoba menjalani kehidupan yang sekarang sewajarnya saja, sembari bersyukur atas jalan hidup yang tak pernah terduga.



Tiada masa paling indah 
Masa-masa disekolah 
Tiada kisah paling indah
  Kisah kasih di sekolah
 









Nama kontak di HP Android TIDAK MUNCUL?

Nama dan Nomor kontak di HP Android (Utamanya Samsung) tidak muncul
Mungkin anda pernah mengalami atau barangkali saat ini tengah mengalami nomor dan nama di kontak beberapa tidak muncul. Namun ketika anda mengirim sms atau telepon maupun sebaliknya anda menerima sms atau telpon kontak tersebut akan muncul.

Hal tersebut pernah pula menimpaku dan alhamdulillah akhirnya setelah otak-atik akhirnya berhasil muncul lagi.
Langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Klik/sentuh kontak
2. Klik/sentuh edit kontak.
Atau pada samsung klik/sentuh tombol bagian kiri bawah (setelah di sentuh akan muncul beberapa pilihan)
3. Klik/sentuh menu lainnya
4. Klik/sentuh pilihan tampilan
5. Pada pilih kontak untuk ditampilkan klik/sentuh SIM
6. Bubuhi tanda centang di “semua kontak”
7. Ucapkan alhamdulillah karena kontak muncul semua 

Pesan Orangtua


Anakku,
Ketika aku tua,
aku berharap kau mengerti dan sabar padaku.
Ketika aku memecahkan piring atau menjatuhkan sop dari meja karena penglihatanku berkurang.
Aku berharap kamu tidak berteriak memarahiku,
Orang yang sudah tua sangat sensitif.
Milikilah belas kasih ketika kamu harus berteriak marah.
Ketika lisanku berkurang dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan,
Aku berharap kamu tidak berteriak padaku, “Ulangi apa yang kamu katakan atau tuliskan!”
Aku minta “maaf” anakku.
Aku “menua”.

Ketika lututku melemah, aku berharap kamu sabar membantuku berdiri.
Seperti dulu aku melakukannya padamu, ketika kamu kecil,
Ketika kamu belajar bagaimana berjalan.
Mohon tahan terhadapku.


Ketika aku tetap mengulangi perkataanku mengenai ingatan-ingatanku yang salah.
Aku berharap kamu tetap mendengarkanku.
Aku mohon jangan menertawaiku atau tidak suka mendengarkanku.


 

Kamu ingat ketika kamu kecil dan ingin balon?
Kamu begitu bertingkah berlebihan, melakukan apapun dan menangis,
sampai kamu mendapatkan apa yang kamu mau.


Aku mohon, maafkan bauku juga.
Bauku seperti orang yang tua.
Aku mohon, jangan memaksaku dengan keras untuk mandi.
Tubuhku lemah.
Orang yang tua mudah sakit ketika mereka kedinginan.
Aku berharap aku tidak mempermalukanmu.
Ingatkah kamu ketika kamu kecil?
Aku mengejar dan menangkapmu karena kamu tidak mau mandi
Aku berharap engkau bisa sabar denganku.
Ketika aku mulai mudah ngambek dan mengomel.
Itu semua bagian dari “tua”.
Kamu akan mengerti ketika kamu semakin tua.
 


Dan jika kamu memiliki sisa waktu, aku berharap kita bisa berbincang-bincang walau hanya sebentar.
Aku selalu sendiri setiap waktu dan tidak memiliki satupun teman untuk berbincang-bincang.
Aku tahu kamu sibuk bekerja.
Sekalipun kamu tidak tertarik pada ceritaku,
mohon luangkanlah waktu untukku.
Ingatkah kamu ketika masih kecil?
Aku meluangkan waktu untuk mendengarkan ceritamu tentang mainan dan boneka-bonekamu?
Ketika waktu itu datang, aku sakit dan terbaring di tempat tidur.
Aku berharap kamu sabar merawatku.

Aku minta maaf,
jika tiba-tiba buang air di tempat tidur atau menyusahkanmu.
Aku berharap kamu sabar merawatku sampai akhir hidupku.


Aku akan pergi dalam waktu yang tidak lama lagi.
Ketika waktu kematianku datang,
Aku berharap kamu bisa memegang tanganku
dan memberiku kekuatan untuk menghadapi “mati”.



Dan jangan cemas,
Ketika nanti aku bertemu Tuhan, aku akan berbisik pada-Nya.
Untuk memberkatimu dan merahmatimu,
Karena kamu mencintai ibu dan ayah
Dan jika kamu menikah tanpa ada aku, percayalah aku akan berbisik pada Tuhan "Tuhan, itu putriku yang sedang menikah. Sangat cantik bukan? "
Terima kasih banyak telah mencintai ibu dan ayahmu.
Terima kasih banyak telah merawat kami,
Kami mencintaimu dengan banyak cinta….


-Ibu dan Ayah-